Senin, 07 Juli 2008

KEBIJAKAN KESEHATAN SEMESTINYA MENGUTAMAKAN PREVENTIF PROGRAM


Kesehatan menjadi suatu bidang yang begitu sering menjadi pusat perhatian. Hal ini dikarenakan untuk membentuk suatu sumber daya manusia yang berkualitas dan produktifitas tinggi, haruslah berawal dari kondisi yang sehat. Baik sehat secara jasmani dan rohaninya. Sehingga dalam pembangunan suatu bangsa kita tidak terlepas dari faktor kesehatan. Mulai dari gizi anak yang akan mempengaruhi tingkat kecerdasannya hingga tingkat kesakitan masyarakat perlu dinilai.

Belakangan ini di beberapa daerah sering mengkompanyekan akan memberikan biaya kesehatan gratis. Namun demikian kita perlu juga mengkaji sebenarnya program kesehatan yang kita anut diarahkan kemana?. Pemerintah dalam hal ini dapat kita gambarkan seperti kehilangan arah, sebab perhatian kita tertuju pada tindakan kuratif (pengobatan). Keadaan sehat hanya dipandang dalam konsep sehat-sakit, dimana perlakuan program sebagian besar hanya diarahkan dalam upaya mengobati pasien yang sakit. Hal ini dapat kita lihat dari jumlah anggaran kesehatan yang lebih banyak ditujukan pada biaya obat, pembangunan sarana dan prasarana dan tenaga dokter/ paramedis.

Padahal tindakan ini termasuk pemborosan karena konsep yang semestinya dipegang adalah paradigma sehat. Diberbagai negara saat ini perhatian sudah ditujukan pada upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusianya. Bagaimana dengan Indonesia, sebagai negara berkembang kita menghadapi dua persoalan serius yakni pertama masih banyak kasus gizi buruk, Anemia ibu hamil dan penyakit menular seperti TBC, demam berdarah, Malaria, hepatitis dan lainnya. Kedua, kita juga menghadapi berbagai penyakit degeneratif seperti jantung karoner, diabetes militus, stroke dan lainnya.

Kalau kita lihat kembali sebagian besar sumber dari permasalahan tersebut adalah faktor perilaku dan lingkungan. Jadi alangkah baiknya kalau tindakan yang dilakukan adalah mengintervensi perilaku masyarakat yang keliru dan perbaikan kesehatan lingkungan masyarakat. Sehingga angka kesakitan dapat kita turunkan dan kesehatan masyarakat dapat kita jaga dengan baik. Lalu kenapa selama ini kita boros dengan anggaran ksehatan kita bahkan kualitas kesehatan justru menurun.

Sementara ini yang kita lakukan terfokus pada tindakan-tindakan pengobatan dimana pasien akan kita tangani setelah dia merasakan sakit. Sehingga yang terjadi adalah membengkaknya anggaran pemerintah untuk biaya pengobatan pasien dan semakin banyaknya jumlah orang sakit. Padahal kalau kita melakukan program pencegahan (preventif) dengan baik maka biaya pengobatan dapat kita tekan dan angka kesakitan (morbiditas) menjadi berkurang.

Itu berarti selama ini ada kesalahan dalam menjalankan program kesehatan yang kita terapkan. Sehingga anggaran kesehatan yang besar itu menjadi sia-sia belaka tanpa menghentikan sumber masalahnya. Padahal konsep sehat H.L Blum sudah kita kenal dimana sumber masalah kesehatan tersebut harus menekankan pada 4 komponen yakni Lingkungan, Perilaku, Pelayanan kesehatan dan faktor genetik. Dari keempat hal tersebut Lingkungan dan Perilaku sangat besar peranannya, maka pertannyaannya sampai dimana program kesehatan telah mengintervensi masalah ini?.

Sedangkan dari tahun ke tahun anggaran pemerintah untuk upaya preventif semakin berkurang, ini menunjukan kurangnya perhatian kita pada program pencegahan. Sudut pandang kita haruslah program jangka panjang bukannya jangka pendek. Masyarakat yang sakit harus dilihat dari sudut pandang penyebabnya dan melakukan upaya pencegahan sehingga tidak berulang dan meluas.

Oleh sebab itulah tenaga kesehatan masyarakat memiliki peranan besar dalam menggerakan potensi masyarakat, membuat perencanaan program, menganalisis permasalahan dengan alat epidemiologi dan statistik kesehatan untuk kemudian mencari pemecahan masalahnya. Kompetensi mereka inilah yang perlu kita gunakan dalam mendukung program kesehatan dengan paradigma sehat.

Memberdayakan puskesmas dan Posyandu

Puskesmas sebagai garda depan dalam upaya menjaga kesehatan masyarakat. Awal mulanya kegiatan puskesmas di konsentrasikan pada upaya preventif namun belakangan dalam perkembangannya kegiatan yang menonjol justru pada balai pengobatannya. Sebenarnya puskesmas sendiri didirikan sebagai suatu media untuk mengorganisir masyarakat dan melakukan upaya pencegahan penyakit dengan beberapa program yang dikembangkannya.

Pengembangan program kesehatan masyarakat terdiri dari tiga komponen pokok yaitu kegiatan yang berhubungan dengan upaya mencegah penyakit (preventing disease) dan memperpanjang hidup (prolonging life) melalui usaha-usaha kesehatan lingkungan, imunisasi, pendidikan kesehatan, dan pengenalan penyakit secara dini (penyuluhan kesehatan, surveilan, penimbangan balita, ANC dsb). Kedua kegiatan tersebut harus dilakukan dengan membina peran serta masyarakat (community participation) melalui kelompok-kelompok masyarakat yang terorganisir.

Dalam konsep ini maka penekanan kegiatan puskesmas diarahkan pada pencegahan primer yakni dengan “health promotion and specific protection” dimana dapat dilaksanakan melalui Program PKM (penyuluhan kesehatan masyarakat), Program P2M (pemberantasan penyakit menular melalui kegiatan imunisasi dan pemberantasan vektor), Program Kesehatan Lingkungan dan beberapa program sesuai dengan kebutuhan daerah.

Manajemen puskesmas juga membutuhkan kompetensi tenaga ahli kesehatan masyarakat sebab merekalah yang kompeten dalam mengorganisir program. Kenyataanya selama ini Kepala puskesmas dipegang tenaga fungsional dokter yang fokus pada kegiatan medis. Alangkah baiknya bila manajerial program dijalankan oleh orang yang kompeten dalam bidang kesehatan masyarakat.

Posyandu adalah program yang didirikan oleh swadaya masyarakat dimana kegiatannya diarahkan menuju tujuan jangka panjang yakni menurunkan angka kematian bayi (infant mortality rate) dan angka kelahiran (birth rate). Diperlukan peran serta masyarakat dalam mengelola dan memanfaatkan posyandu. Kegiatan posyandu juga diisi dengan, penimbangan balita, imunisasi, pemeriksaan kesehatan dan penyuluhan kesehatan.

Apabila program ini dijalankan dengan baik maka akan dapat dilakukan deteksi dini terhadap kesehatan balita dan melakukan tindakan yang tepat dalam penanggulangannya. Sehingga kejadian gizi buruk dapat kita tekan dan pendidikan kesehatan juga dapat diberikan kepada peserta yang hadir. Belakangan ini juga diterapkan program posyandu paripurna yang ditujukan kepada lansia. Dimana kegiatannya diarahkan untuk meningkatkan kualitas hidup lansia.

Posyandu dipandang sebagai bagian dari masyarakat dan dikelola secara swadaya oleh masyarakat. Sehingga kesadaran masyarakat dalam meningkatkan derajat kesehatannya perlu kita tumbuhkan. Kader posyandu juga dari masyarakat dan pemanfaatan program ini sepenuhnya untuk masyarakat. Kemampuan petugas untuk mengorganisir masyarakat sungguh diperlukan.

Penulis Adalah Peneliti dan Dosen Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Udayana.

Tidak ada komentar: