Ternyata ibu-ibu yang hanya tinggal dirumah saja, juga dapat tertular HIV/AIDS. Padahal perilaku mereka baik-baik saja, namun pasangannya yang sering menjadi media penularannya. Suami yang jajan diluar tanpa sepengetahuan istrinya dan tidak menggunakan alat pengaman kondom tanpa dia sadari telah tertular HIV dan menularkan kepada istrinya yang ada dirumah. Makin tahun kasus-kasus seperti ini semakin bertambah seiring dengan meningkatnya jumlah kasus HIV/AIDS.
Celakanya lagi, calon ibu memiliki kemungkinan besar untuk menularkan HIV kepada bayinya. Sehingga bayi yang baru lahir tanpa dosa tersebut mengidap HIV dan rentan akan berbagai penyakit. Kalau sudah demikian tidak banyak yang dapat kita lakukan. Mengapa kita tidak memulai dari sekarang untuk mencegahnya?
Sejak kasusnya ditemukan tahun 1987 jumlah kasus HIV/AIDS terus mengalami peningkatan. Di Indonesia secara kumulatif berdasarkan laporan Ditjen PPM dan PL
Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Provinsi Bali jumlah kumulatif kasusnya di Bali sampai Maret 2008 telah mencapai 1986 dan 174 diantaranya meninggal. Berdasarkan golongan umur usia produktif 20-29 paling banyak yakni 1019 kasus diikuti usia 30-39 tahun mencapai 661 kasus. Sedangkan kelompok berisiko yang banyak terkena pada heteroseks sebanyak 1.114 kasus, IDU (pemakai jarum suntik) sebanyak 639 kasus, Homoseks sebanyak 123 kasus, perinatal (dari ibu kepada bayinya) sebanyak 23 kasus dan tidak diketahui penyebabnya 87 kasus. Angka prevalensi AIDS penduduk provinsi
Itu kasus yang baru terlaporkan saja sebab seperti fenomena gunung es, situasi sebenarnya kasus yang riil di lapangan bisa lebih banyak lagi. Perhitungan estimasi yang dilakukan oleh Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) tahun 2006/2007 diketahui jumlah ODHA di Indonesia adalah antara 170.000 –210.000 orang, dan untuk
Apabila kita cermati kembali sebenarnya awal mula dari kasus ini karena perilaku yang memang tidak sehat. Jadi, sebenarnya sangat mudah untuk mengatasinya dengan mengintervensi perilaku berisiko tersebut. Perilaku seks tidak setia pada pasangan, berganti-ganti pasangan, penggunaan jarum suntik pada pengguna narkoba yang saling bertukar sering kali menjadi penyebabnya. Sebab HIV menular melalui kontak seperti darah, cairan air mani, asi. Namun tidak akan menular lewat sentuhan secara langsung.
Health Behavior Program harus terus digalakkan sebab apabila kasus ini terus meluas justru dapat menyebabkan angka kematian (mortalitas), angka kesakitan (morbiditas) terus meningkat dan harapan hidup masyarakat
Kerugian Negara juga akan semakin besar karena harus menanggung biaya pengobatan. Belum lagi opportunity cost yang cukup besar, keluarga juga akan kehilangan sumber penghasilan dan secara tidak langsung negara juga akan kekurangan penghasilan dari pajak. Belum lagi bayi-bayi yang terkena lama-kelamaan kita bisa loss generation. Sekarang ini diberbagai negara sedang mengembangkan life quality sumber daya manusianya. Jadi kita sebaiknya mulai berbenah menuju kualitas hidup yang lebih baik.
Selama ini intervensi kebanyakan diberikan hanya pada pekerja seks, dan pemakai narkoba sehingga jarang perhatian kita tujukan pada para ibu yang juga rentan terkena. Mereka sepatutnya mendapat perhatian serius karena para ibu yang melayani dan dekat dengan suami, menjaga anak-anaknya. Kondisi ini sangat baik dimana para ibu dapat menjadi mediasi yang baik dalam memberikan bimbingan tentang perilaku sehat kepada anak dan suaminya. Sekarang ini saja sudah 202 kasus di
Beberapa hasil survey menunjukan para ibu justru banyak dan rentan tertular HIV saat mengandung bayinya. Hal ini disebabkan karena saat mengandung bayi usia 6-8 bulan para suami kesulitan untuk berhubungan seks dengan istrinya dan kesempatan ini digunakan untuk jajan diluar rumah dengan wanita penjaja seks (WPS). Kondisi ini menyebabkan suami dapat menularkan HIV kepada istrinya.
HIV/AIDS menjadi masalah kesehatan masyarakat yang perlu penanganan serius karena selama ini masih belum ditemukan obat yang efektif untuk menyembuhkan. Kebanyakan obat hanya mampu menghambat perkembangan virus dan memperkuat daya tahan tubuh namun itu harus terus diminum seumur hidup dan ini membutuhkan biaya yang besar. Sedangkan jumlah penderita makin hari makin bertambah. Permasalahan ini perlu peranan semua pihak, tentunya kita tidak boleh berdiam diri melihat ancaman yang begitu besar kedepannya.
Langkah Antisipasi
Selama ini kita telah melakukan berbagai program dalam penanggulangan semakin meluasnya kasus HIV/AIDS seperti dengan pendidikan kesehatan terhadap pekerja seks, pemakai narkoba yang menggunakan jarum suntik agar menggunakan jarum yang steril atau sekali pakai, Pembagian kondom gratis dan tindakan preventif lainnya.
Namun untuk melakukan upaya preventif diperlukan langkah-langkah yang terintegrasi dengan masing-masing program dan lintas sektoral. Perhatian pada para ibu sebenarnya memiliki potensial dalam upaya pencegahannya. Pendidikan kesehatan dimulai dari rumah untuk itu perlu diberikan pemahaman yang baik akan pengertian, bahaya dan langkah penanggulangannya kepada para ibu. Untuk kemudian dapat diinformasikan kepada para suami dan anak-anaknya.
Menggerakan program PKK adalah salah satu caranya. Home Education Program dalam hal ini perlu kita coba terapkan. Seorang istri yang paling dekat dengan suami dan anak-anaknya jadi merekalah yang dapat dengan mudah mengintervensi perilaku suami dan anak-anaknya. Program seperti inilah yang perlu kita lakukan dalam memberikan edukasi pada masyarakat.
Hindari Perilaku seks tidak sehat seperti berganti-ganti pasangan, tidak setia kepada pasangan, gunakan jarum suntik yang steril dan jangan berbagi dalam penggunaan jarum suntik terutama pada pengguna narkoba. Gunakanlah kondom apabila berhubungan dengan wanita lain untuk menghindari risiko tertular HIV.
Memasukan pendidikan tentang HIV/AIDS pada kurikulum sekolah juga patut kita dukung, menimbang selama ini penderita HIV didominasi usia produktif 20 – 30 tahun. Kalau mereka sampai terkena tentunya kita akan kehilangan orang-orang produktif sebagai generasi penerus bangsa. Padahal hal ini hanya disebabkan perilaku mereka yang keliru dan ketidaktahuan mereka akan bahaya yang dihadapinya.
Penulis adalah Dosen Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Udayana
Tidak ada komentar:
Posting Komentar