Rabu, 22 Desember 2010

Pendidikan SKM

Pendidikan Sarjana Kesehatan Masyarakat diarahkan untuk menghasilkan lulusan yang memiliki kualifikasi sebagai berikut :


1. Berjiwa Pancasila dan memiliki integritas kepribadian nasional yang tinggi

2. Memiliki kompetensi sebagai berikut :

a. Mengkaji status kesehatan masyarakat berdasarkan data, informasi dan indikator kesehatan (evidence based) untuk pengambilan keputusan dalam menyelesaikan masalah di bidang kesehatan masyarakat yang meliputi Gizi Kesehatan, Kesehatan Lingkungan, Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, Epidemiologi, Biostatistika dan Kependudukan, Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku.

b. Mengelola organisasi dan sistem kesehatan masyarakat (di bidang Gizi Kesehatan, Kesehatan Lingkungan, Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, Epidemiologi, Biostatistika dan Kependudukan, Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku).

c Melakukan analisis kebijakan di bidang kesehatan masyarakat (berdasarkan dimensi sosio kultural dan atau lingkungan masyarakat serta memberikan rekomendasi).

d. Melakukan pemberdayaan masyarakat dan pengembangan kegiatan dukungan sosial (kemitraan) di bidang kesehatan masyarakat untuk meningkatkan jejaring dan aksesbilitas pelayanan kesehatan masyarakat.

e. Melaksanakan riset di bidang kesehatan masyarakat yang meliputi Gizi Kesehatan, Kesehatan Lingkungan, Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, Epidemiologi, Biostatistika dan Kependudukan, Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku.

Jumat, 17 Desember 2010

PROFESIONALISME SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT

PROFESIONALISME SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT
Oleh : Prof. Dr.Ridwan Amiruddin, S.KM. M.Kes., MSc.PH.
I. Pendahuluan
Pembahasan tentang profesionalisme akhir-akhir ini mencuat kepermukaan terkait dengan tuntutan kebutuhan layanan kesehatan yang semakin tinggi dan semakin sensitive. Dalam sector kesehatan baik bidang layanan langsung berupa pelayanan curative di rumah sakit, puskesmas atau praktik medic lainnya. Hal yang tak kalah urgensinya adalah profesionalisme pekerja kesehatan pada bidang public health yang berfokus pada aspek primordial prevention, health promotion, sampai pada specific protection. Bagi praktisi public health profesionalisme tentu diarahkan pada kemampuan mengisi ruang pada kebutuhan public yang masih sangat minim perhatian.
Apa sebenarnya yang dimaksud dengan professional?
Dalam kepmen No.036/U/1993 tentang gelar dan sebutan lulusan perguruan tinggi, pada bab I, pasal 1;2 sebutan professional adalah sebutan yang diberikan kepada lulusan perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan professional, (5). Pendidikan professional adalah pendidikan yang diarahkan pada kesiapan penerapan keahlian tertentu.
Selanjutnya yang berhak menggunakan sebutan professional adalah lulusan pendidikan professional dari akademi, politeknik, sekolah tinggi, institute atau universitas. Gelar akademik untuk program studi kesehatan masyarakat adalah Sarjana Kesehatan Masyarakat yang disingkat S.K.M. Untuk gelar akademik magister disingkat M.Kes. (dibelakang nama), sedangkan untuk gelar akademik doctor disingkat Dr. didepan nama yang bersangkutan. (Dikti, 1993)

II. Arah kebijakan Sumber Daya Kesehatan
Permasalahan tenaga kesehatan yang dihadapi di Indonesia terkait dengan terbatasnya jumnlah dan distribusi yang tidak merata. Kekurangan tenaga tejadi pada hamper semua jenis tenaga. Pada tahun 2001 ratio dokter per 100.000 penduduk sebesar 7,7. Untuk dokter gigi 2,7. Ratio untuk sarjanakesehatan masyarakat per 100.000 penduduk baru 0.5. 1,7 apoteker, 6,6 ahli gizi, 0,1 tenaga epidemiologi dan 4,7 tenaga sanitasi. Banyak puskesmas belum meiliki dokter dan tenaga kesehatan masyarakat. Keterbatasan ini juga diperparah dengan sebaran tenaga yang tidak merata. 2/3 dokter spesialis tinggal di Jawa Bali. Ratio dokter umum per 100.000 penduduk antar wilayah sangat tinggi 2,3 di lampung hingga 28,0 di DI Yogyakarta.
Program sumber daya kesehatan dari pemerintah ditujukan untuk meningkatkan jumlah, mutu dan penyebarannya sesuai kebutuhan, dengan kegiatan pokok diantaranya peningkatan keterampilan dan profesionalisme tenaga kesehatan melalui pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan. Pemenuhan kebutuhan tenaga kesehatan, pembinaan tenaga kesehatan dan penyusunan standar kompetensi dan regulasi profesi kesehatan (Depkes, 2008).

III. Karier Sarjana Kesehatan Masyarakat

Mengapa mengejar karir di bidang kesehatan masyarakat?

Kesehatan masyarakat adalah bidang menarik dan tumbuh. Tantangan profesional bidang ini adalah untuk menghadapi masalah kesehatan yang kompleks, seperti meningkatkan akses ke perawatan kesehatan, mengendalikan penyakit menular, dan mengurangi bahaya lingkungan, kekerasan, penyalahgunaan zat adiktif, dan cedera.
Kesehatan masyarakat adalah bidang yang diarahkan untuk melayani orang lain. Profesional melayani kesehatan masyarakat lokal, nasional, dan masyarakat internasional. Mereka adalah pemimpin yang memenuhi tantangan yang menarik dalam melindungi kesehatan publik saat ini dan di masa depan.

Kesehatan masyarakat adalah bidang yang bermanfaat. Bidang kesehatan masyarakat memerlukan pribadi yang kuat yang berupaya untuk memperbaiki kesehatan masyarakat dan kesejahteraan.

Kesehatan masyarakat adalah bidang yang menawarkan banyak kesempatan kerja untuk memenuhi berbagai kepentingan dan keterampilan. Apakah Anda lebih tertarik untuk mengolah angka, melakukan penelitian, atau bekerja dengan orang-orang, maka ada tempat untuk Anda dalam bidang kesehatan masyarakat.

Kesehatan masyarakat sangat ideal bagi mereka yang ingin mendapatkan kepuasan bahwa mereka bekerja untuk memperbaiki kehidupan orang lain.

Bagaimana gelar sarjana dalam kesehatan masyarakat meningkatkan peluang karier?

Banyak pekerjaan kesehatan masyarakat memerlukan gelar di bidang kesehatan masyarakat. Seorang sarjana profesional kesehatan masyarakat memberikan keunggulan kompetitif dibandingkan para profesional lain dan memungkinkan para profesional untuk:

1. Mendapatkan pengetahuan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan lokal, nasional dan global legislatif dan sosial;
2. Berlaku luas, state-of-the-art keterampilan kuantitatif dan kualitatif yang dibutuhkan untuk pemecahan masalah;
3. Mengembangkan strategi multidisipliner dan kolaboratif untuk pemecahan masalah kesehatan yang berhubungan;
4. Meningkatkan keterampilan komunikasi dengan bekerja sama dengan kelompok yang beragam, dan,
5. Diposisikan untuk peran kepemimpinan dalam promosi kesehatan dan pencegahan penyakit.

Di mana pekerjaan umum profesional kesehatan?

profesional kesehatan dapat bekerja baik di sektor publik maupun swasta. Banyak lulusan kesehatan masyarakat akan menemukan pekerjaan di sektor publik baik lokal,provinsi, nasional baik departemen kesehatan maupun di department lain. Pekerjaan yang tersedia di departemen kesehatan berkisar Inspektur Keamanan Pangan, Pendidik; Analis Kebijakan untuk epidemiologi. Di universitas sebagai pengajar dan peneliti.

Mereka yang tertarik untuk bekerja di sebuah organisasi nirlaba dapat menemukan pekerjaan dalam advokasi kesehatan, kebijakan, atau penelitian untuk organisasi-organisasi seperti, Palang Merah, atau non lokal non-profit yang berfokus pada isu-isu kesehatan tertentu. Sementara profesional kesehatan masyarakat yang lain menemukan pekerjaan di sektor swasta – bekerja dalam uji kontrol untuk perusahaan farmasi atau untuk perusahaan asuransi kesehatan.

Apakah perlu gelar yang lebih tinggi untuk bekerja di bidang kesehatan masyarakat?

Meskipun dimungkinkan untuk mendapatkan pengalaman di lapangan tanpa gelar yang lebih tinggi, para profesional kesehatan yang paling umum memerlukan setidaknya gelar Master untuk kemajuan karier.

Pekerjaan macam apa yang dapat saya harapkan setelah lulus dengan gelar di bidang kesehatan masyarakat?

• Manajemen Analis Kesehatan Masyarakat
• Direktur Program dan Layanan (puskesmas & rumah sakit)
• Komunikasi Spesialis Kesehatan
• Penelitian
• Analis Kesehatan Lingkungan
• Manajer, dll.

IV. Kompetensi Pendukung Professionalisme SKM

Berbagai hal terjadi dalam kompetensi dunia kerja yang terjadi meliputi dinamika hubungan antara pendidikan tinggi dan dunia kerja. Teichler (1997;1999) Yorke dan Knight (2006) dalam Syafiq (2008), terkait jurang antara outcome pendidikan tinggi dan tuntutan kompetensi di dunia kerja. Beberapa pergeseran penting terjadi meliputi terjadinya peningkatan pengangguran terdidik baik pengangguran terbuka maupun terselubung sebagai akibat dari massifikasi pendidikan tinggi, berubahnya struktur sosio ekonomki dan politik global yang mempengaruhi pasar dunia kerja dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat sehingga menyebabkan terjadinya berbagai perubahan mendasar dalam hal kualifikasi, kompetensi, dan persyaratan untuk memasuki dunia kerja.
Selanjutnya Teichler (1999); dalam Syafiq mengungkap beberapa fenomena menarik belakang ini yaitu;
1. Kemampuan mengatasi ketidakpastian (uncertainty) merupakan kunci untuk bertahan di dunia kerja
2. Pengetahuan yang spesifik memiliki kecenderungan cepat using (obsolute), disisi lain keterampilan umum yang bisa digunakan untuk mengatasi masalah dalam konteks professional dan ketidakpastian pasar kerja harus menjadi dasar system belajar mengajar perguruan tinggi
3. Persyaratan dunia kerja dewasa ini menunjukkan harmoni antara ekonomi neoliberal yang global dan peningkatan tanggung jawab social serta solidaritas secara bersamaan
4. Bergesernya anggapan bahwa pendidikan tinggi mempersiapkan seseorang untuk bekerja menjadi mempersiapkan seseorang untuk hidup lebih baik, karena kompetensi yang dibutuhkan untuk bekerja sat ini begitu luas dan kompleks sehingga mempunyai hubungan langsung dengan kebutuhan untuk kehidupan itu sendiri.
5. Persyaratan kerja yang baru tampak semakin universal.
Paul dan Murdoch (1992) menjelaskan menghadapi dunia kerja, seorang lulusan perguruan tinggi harus dilengkapi dengan kualifikasi berikut ini agar dapat bertahan dan unggul dalam kompetisi:
1. Pengetahuan umum dan penguasaan bahasa Inggris
2. Keterampilan komunikasi meliputi penguasaan computer dan internet, presentasi audiovisual, dan alat-alat komunikasi lain.
3. Keterampilan personal meliputi kemandirian, kemampuankomunikasi dan mendengar, keberaniaan, semangat dan kemampuan kerjasama dalam tim, inisiatif, dan keterbukaan.
4. Fleksibilitas dan motivasi untuk maju yaitu kemampuan beradaptasi sesuai perubahan waktu dan lingkungan serta keinginan untuk maju sebagai pemimpin.

Keberhasilan pendidikan tinggi untuk menembus dunia kerja oleh Teicher menyebutkan 5 kriteria utama keberhasilan yaitu:
1. Transisi yang mulus dari pendidikan tinggi kedunia kerja meliputi masa tunggu kerja yang singkat dan upaya pencarian yang sederhana
2. Rasio pengangguran yang rendah
3. Rasio pekerjaan non regular yang rendah
4. Kesuksesan lulusan secara vertical dalam arti investasi pendidikan memperoleh keuntungan atau pendapatan lulusan lebih tinggi disbanding bukan lulusan atau rasio bekerja lulusan yang tinggi
5. Kesuksesan lulusan secara horizontal dalam arti hubgungan yang erat antara bidang studi dan jenis pekerjaan atau tingginya utilisasi pengetahuan yang diperoleh selama pendidikan tinggi dalam pekerjaan.
Kemampuan kerja sarjana adalah sekumpulan pencapaian meliputi keterampilan, pemahaman, dan atribut personal yang memungkinkan lulusan untuk mendapatkan pekerjaan dan keuntungan bagi dirinya, tenaga kerja, masyarakat, dan ekonomi secara keseluruhan. Yorke dan Knight (2006) menjelaskan bahwa “ke bekerja an’ sangat terkait dengan kapabilitas seperti dijelaskan oleh Stephson (1998) bahwa lulusan yang kapabel memiliki kemampuan untuk:
1. Mengambil tindakan yang efektif dan tepat
2. Menjelaskan apa yang mereka ingin mereka capai
3. Hidup dan bekerja dengan yang lain
4. Dapat terus belajar baik secara individual maupun dengan yang lain dalam masyarakat yang beragam dan terus berubah.

V. Penutup
1. Kemampuan multidisiplin dan pengalaman yang luas dari sarjana kesehatan masyarakat sangat penting untuk menunjang profesionalisme SKM di masa yang akan datang
2. Profesionalisme SKM sangat dituntut untuk memberikan layanan ke public berdasarkan kompetensi keilmuan yang dimiliki, bekerja secara tulus, terbuka pada perubahan dan berani menjadi pemimpin.
3. Untuk dapat mengikuti perubahan dunia kerja yang sangat dinamis, SKM dituntut untuk terus belajar untuk meningkatkan kemampuan profesionalnya sehingga mampu berinovasi berdasarkan kebutuhan pekerjaan.
4. SKM ke depan harus bersifat multi talenta, sehingga dapat menembus batas-batas keilmuan bidang kesehatan yang begitu luas maupun disiplin lainnya.

Daftar bacaan;
1. Baum, Fran (2008). The new public health, Oxford university press, Australia
2. Covey, Stephen (2004). First things first. Interaksara, Batamcenter.
3. Depkes (2008). Peningkatan akses masyarakat terhadap kesehatan yang berkualitas. RI.
4. Hackman, Michael and Johnson, Craig (2004). Leadership. Waveland Press, USA.
5. Kepmen Dikti, (1993). Gelar dan sebutan lulusan perguruan Tinggi
6. Public Health Karier. http://www.whatpublichealth.org
7. Rivai, Veithzal (2004). Kiat memimpin dalam abad ke 21. Murai kencana, Jakarta.
8. Robbin, Stephen, at.all (2008). Organisational Behaviour. 5th edition. Pearson Education Australia.
9. Shortel, Stephen and Kaluzny, Arnold (1997). Essential of health care management. Dalmar Publisher, USA.
10. Syafiq, Ahmad dan Fikawati, Sandra(2005). Kompetensi yang dibutuhklan dalam dunia kerja.