
Kamis, 28 Mei 2009
Bahaya merokok
| ||||||||||||||||||||||||||||||||
* sumber : jabatan kesihatan dan laman web | ||||||||||||||||||||||||||||||||
Rabu, 06 Mei 2009
Vacancy for Public Health by Global Fund (lowongan sarjana kesehatan masyarakat)
Country Coordinating Mechanism (CCM) Secretariat
Terms of Reference
Executive Secretary
Background
The Global Fund to Fight AIDS, Tuberculosis and Malaria was created to dramatically increase resources to fight three of the world’s most devastating diseases, and to direct those resources to areas of greatest need.
The Global Fund represents an innovative approach to international health financing through an inclusive partnership among governments, civil society, the private sector and affected communities. At country level, a Country Coordinating Mechanism is created to mainly oversee the Global Fund grant implementation.
Overview
The Indonesia Country Coordinating Mechanism (CCM) was formed in 2003. The CCM is the responsible authority for preparing grant proposal and for overseeing all grants approved and funded by the Global Fund. In carrying out the functions, the CCM is supported by a CCM Secretariat led by an Executive Secretary.
The Executive Secretary is responsible for senior-level management and oversight of programmatic, operational and financial systems under the direct supervision of the Chairperson, CCM. The Executive Secretary will assist CCM board and Members included Committees, Working Groups and Ad Hoc Teams, with the support of the CCM Secretariat Staff, i.e. Program Officer, Administrative Officer and Finance Officer to ensure that activities supported by the Global Fund in Indonesia are effectively and efficiently facilitated for grant implementation in the respective disease components.
Position Description
The Executive Secretary supervise the CCM Secretariat, based in Jakarta, Serves the CCM and help the CCM Chair to ensure roles and function of the CCM Indonesia run effectively for the success of GFATM-funded activities. The tasks of Executive Secretary, as listed below, will be both administrative and technical and shall include assignments that are both sensitive and confidential in nature:
• To appoint and supervise CCM Secretariat staff as are specified in the CCM approved Secretariat work plan and budget.
• To ensure that the CCM Secretariat carries out the responsibilities described in this Governance Manual.
• To attend all CCM Meetings in a non voting capacity, and serve as Secretary for these meetings.
• To provide written or verbal reports to the Chair and Vice Chair regarding the work of the Secretariat and any challenges encountered.
• To assist the Chair and Vice Chair, when requested, to perform their functions effectively, including fund raising for the CCM activities.
• To deliver – as one of the papers circulated in advance of each Plenary Meeting of the CCM a report describing the activities of the CCM Secretariat since the previous plenary meeting and describing any challenges encountered. The Chair and Vice Chair shall not have the right to edit or control the contents of this report.
• To answer any questions raised at each Plenary Meeting about this report.
• To carry out other functions that are specified in this Governance Manual or requested by the CCM or the CCM Chair.
Qualifications
• A minimum academic qualification of a Masters degree in public health, management, international development or related field.
• A minimum of 10 years of demonstrated experience in successfully managing social sector, preferably in the area of HIV/AIDS, Malaria and TB programme.
• Additional requirement includes a minimum of 2 years experience in the senior level of management of large-scale international-funded projects
• Knowledge and experience with standard contracting, grants administration, management systems, operational procedures, budgeting and financial reporting required
• Excellent networking, oral and written communication skills
• Excellent knowledge and use of various computer application skills
• Demonstrated skills in the areas of Strategic Planning, Policy Development and Advocacy
• Knowledge and understanding of the GFATM processes will be an advantage
• Fluent in both English and Bahasa Indonesia
Key Skills and Competencies
• Leadership, management and team-building
• Resources management, budgeting, finance
• Understanding of program oversight
• Logistics, coordination and planning management
• Communication, presentation, advocacy
• Ability to mobilize resources
• Aptitude to work in donor-funded environment
• Ability to work under pressure and meet deadlines
• Impartiality
Key Qualities
• Forward-moving, results-focused, optimistic
• Able to work under pressure and to deadlines
• Able to develop strong vision and articulate same effectively
• Able to analyze rapidly and take informed action without undue delay
• Able to synthesize information
• Able to communicate appropriately to diverse audiences, including Government, Development Partners, Civil Societies.
• Responds to challenges with enthusiasm
• Able to build team capacity
• Able to delegate work efficiently
Salary scale
Between IDR 15,000,000 up to IDR 22,500,000 (based on qualification)
NOTE:
Please send the application to :
Secretariat of CCM Indonesia
E-mail address : ccmindo_hr@yahoo.com
ccmindonesiahr@gmail.com
Kamis, 30 April 2009
Presentase Rumah Tangga yang ber PHBS
Penulis: Riskesdas 2007
Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) 2007 mengumpulkan 10 indikator tunggal Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yang terdiri dari enam indikator individu dan empat indikator rumah tangga. Indikator individu meliputi pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, bayi 0-6 mendapat ASI eksklusif, kepemilikan/Ketersediaan jaminan Pemeliharaan kesehatan, penduduk tidak merokok, penduduk cukup beraktifitas fisik dan penduduk cukup mengkonsumsi sayur dan buah. Indikator Rumah Tangga meliputi rumah tangga memiliki akses terhadap air bersih, akses jamban sehat, kesesuaian luas lantai dengan jumlah penghuni (≥8m2/orang) dan rumah tangga dengan lantai rumah bukan tanah.
Dalam penilaian PHBS ada dua macam rumah tangga, yaitu rumah tangga dengan balita dan rumah tangga tanpa balita. Untuk rumah tangga dengan balita digunakan 10 indikator, sehingga nilai tertinggi adalah 10; sedangkan untuk rumah tangga tanpa balita terdiri dari 8 indikator, sehingga niiai tertinggi delapan (8). PHBS diklasifikasikan 'kurang' apabila mendapatkan miai kurang dari enam (6) untuk rumah tangga mempunyai nilai kurang dari lima (5) untuk rumah tangga tanpa balita.
Secara nasional, penduduk yang telah memenuhi kriteria PHBS baik sebesar 38,7%. Terdapat lima propinsi dengan pencapaian di atas angka nasional yaitu DI Yogyakarta (58,2%), Bali (51,7%), Kalimantan Timur (49,8%), Jawa Tengah (47%), dan Sulawesi Utara (46,9%). Sedangkan propinsi dengan pencapaian PHBS rendah berturut-turut adalah Papua (24,4%), Nusa Tenggara Timur (26,8%), Gorontalo (27,8%), Riau (28,1%) dan Sumatera Barat (28,2%).
Senin, 27 April 2009
Depkes tetapkan enam langkah atasi Flu Babi
Hal itu disampaikan Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Depkes, Prof. Dr. Tjandra Yoga Aditama, Sp.P., MARS., kepada para wartawan di Makassar tanggal 25 April 2009 saat berlangsungnya kegiatan simulasi penanggulangan episenter pandemi influenza.
Menurut Prof. Tjandra, penyakit flu babi adalah penyakit influenza yang disebabkan oleh virus influenza A subtipe H1N1 yang dapat ditularkan melalui binatang, terutama babi, dan ada kemungkinan penularan antar manusia. Secara umum penyakit ini mirip dengan influenza (Influenza Like Illness-ILI) dengan gejala klinis: demam, batuk pilek, lesu, letih, nyeri tenggorokan, napas cepat atau sesak napas, mungkin disertai mual, muntah dan diare.
Virus H1N1 sebenarnya biasa ditemukan pada manusia dan hewan terutama babi tetapi keduanya memiliki karakteristik yang berbeda. Begitu juga dengan virus flu burung H5N1 meskipun sama-sama virus influenza tipe A.
Cara penularan flu babi melalui udara dan dapat juga melalui kontak langsung dengan penderita. Masa inkubasinya 3 sampai 5 hari. Masyarakat dihimbau untuk mewaspadai seperti halnya terhadap flu burung dengan menjaga perilaku hidup bersih dan sehat, menutup hidung dan mulut apabila bersin, mencuci tangan pakai sabun setelah beraktivitas, dan segera memeriksakan kesehatan apabila mengalami gejala flu, ujar Prof. Tjandra.
Prof. Tjandra menyebutkan bahwa sampai saat ini sebaran kasus 8 kasus positif (konfirm) di Amerika Serikat. Sedangkan di Meksiko sebanyak 878 suspek kasus dan 60 diantaranya meninggal dunia. Dari yang meninggal sebanyak 20 kasus dinyatakan positif flu babi.
WHO masih terus mengadakan pertemuan yang membahas masalah flu babi terkait dugaan penularan antar manusia dan sampai saat ini masih ditunggu perkembangannya. Sejauh ini WHO memperkirakan hal ini sebagai public health emergency of international concern atau masalah kesehatan yang memerlukan kewaspadaan internasional dan belum ada travel warning.
Prof. Tjandra, di sela-sela kegiatan Simulasi Penanggulangan Simulasi Pandemi Influenza, telah mengadakan rapat dengan Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan seluruh Indonesia untuk meningkatkan kewaspadaan dengan mengaktifkan dan memastikan thermal scanner bekerja dengan baik dan mengaktifkan sistem yang ada untuk memantau orang yang masuk melalui bandar udara maupun pelabuhan laut, serta melakukan koordinasi intensif dengan Rumah Sakit rujukan di tempat masing-masing.
Disamping itu, Departemen Kesehatan juga telah berkoordinasi dengan Dirjen Peternakan Departemen Pertanian RI untuk mengantisipasi penyebaran flu babi melalui Tim Koordinasi yang sudah ada. Tim Koordinasi yang sudah ada seperti Tim Penanggulangan Rabies Depkes dan Departemen Pertanian yang tugasnya diperluas menjadi Tim Terpadu Penanggulangan Zoonotik (penyakit yang dapat menular dari hewan kepada manusia), kata Prof. Tjandra.
Ditjen P2PL melalui surat edaran meminta kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi, Kepala UPT di lingkungan Ditjen P2PL dan RS Vertikal melalui surat nomor: PM.01.01/D/I.4/1221/2009 untuk melakukan langkah-langkah sebagai berikut:
# Mewaspadai kemungkinan masuknya virus tersebut ke wilayah Indonesia dengan meningkatkan kesiapsiagaan di pintu-pintu masuk negara terutama pendatang dari negara-negara yang sedang terjangkit.
# Mewaspadai semua kasus dengan gejala mirip influenza (ILI) dan segera menelusuri riwayat kontak dengan binatang (babi)
# Meningkatkan kegiatan surveilans terhadap ILI dan pneumonia serta melaporkan kasus dengan kecurigaan ke arah swine flu kepada Posko KLB Direktorat Jenderal PP dan PL dengan nomor telepon: (021) 4257125
# Memantau perkembangan kasus secara terus menerus melalui berbagai sarana yang dimungkinkan.
# Meningkatkan koordinasi dengan lintas program dan lintas sektor serta menyebarluaskan informasi ke jajaran kesehatan di seluruh Indonesia.
Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal Departemen Kesehatan. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi melalui nomor telepon/faks: 021-52907416-9 dan 52921669, atau alamat e-mail puskom.publik@yahoo.co.id.
TIPS HINDARI FLU BABI

Tips Hindari Flu Babi!
Rita Uli Hutapea - detikNews
Flu Babi Menyerang Meksiko
Jakarta - Virus strain baru flu babi (swine flu) memang bisa mematikan. Apalagi virus strain baru bisa menyebar dengan cepat. Sebabnya, tak seorang pun punya kekebalan alami terhadap virus baru ini. Dan butuh waktu beberapa bulan untuk mengembangkan vaksinasi virus ini.
Namun setidaknya ada beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk mencegah penyakit flu babi yang ditularkan dari orang ke orang ini. Badan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS atau Centers for Disease Control and Prevention (CDC) memberikan beberapa tips.
* Tutupi hidung dan mulut Anda dengan tisu jika Anda batuk atau bersin. Kemudian buang tisu itu ke kotak sampah.
* Sering-seringlah mencuci tangan Anda dengan air bersih dan sabun, terutama setelah Anda batuk atau bersin. Pembersih tangan berbasis alkohol juga efektif digunakan.
* Jangan menyentuh mulut, hidung atau mulut Anda dengan tangan.
* Hindari kontak atau berdekatan dengan orang yang sakit flu. Sebab influenza umumnya menyebar lewat orang ke orang melalui batuk atau bersin penderita.
* Jika Anda sakit flu, CDC menyarankan Anda untuk tidak masuk kerja atau sekolah dan beristirahat di rumah.
Di Meksiko, negara yang paling parah dilanda wabah flu babi ini, pemerintah negeri itu mengeluarkan imbauan bagi warganya untuk tidak berciuman, meski hanya cium pipi. Demikian seperti dilansir CNN, Senin (27/4/2009).
Pemerintah Meksiko juga mengimbau untuk tidak berada di antara kerumunan orang banyak serta tidak berdekatan dengan orang lain yang sakit. Penggunaan masker juga digalakkan di negeri itu.
Sejauh ini setidaknya 81 orang telah meninggal akibat wabah flu babi di Meksiko. Lebih dari seribu orang lainnya terkena penyakit ini.
(ita/iy)
Sabtu, 11 April 2009
Kompetensi SKM
a. Mengkaji status kesehatan masyarakat berdasarkan data, informasi dan indikator kesehatan (evidence based) untuk pengambilan keputusan dalam menyelesaikan masalah di bidang kesehatan masyarakat yang meliputi Gizi Kesehatan, Kesehatan Lingkungan, Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, Epidemiologi, Biostatistika dan Kependudukan, Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku.
b. Mengelola organisasi dan sistem kesehatan masyarakat (di bidang Gizi Kesehatan, Kesehatan Lingkungan, Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, Epidemiologi, Biostatistika dan Kependudukan, Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku).
c. Melakukan analisis kebijakan di bidang kesehatan masyarakat (berdasarkan dimensi sosio kultural dan atau lingkungan masyarakat serta memberikan rekomendasi).
d. Melakukan pemberdayaan masyarakat dan pengembangan kegiatan dukungan sosial (kemitraan) di bidang kesehatan masyarakat untuk meningkatkan jejaring dan aksesbilitas pelayanan kesehatan masyarakat.
e. Melaksanakan riset di bidang kesehatan masyarakat yang meliputi Gizi Kesehatan, Kesehatan Lingkungan, Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, Epidemiologi, Biostatistika dan Kependudukan, Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku.