Minggu, 20 Juli 2008

Penelitian tentang “Sero survey prevalensi ko-Infeksi HIV diantara Pasien TB di Bali 2008” Didanai Global Fund

Indonesia menempati rangking ketiga dalam prevalensi tuberculosis (TB) di dunia (WHO, 2004). Saat ini di Indonesia belum diketahui bahwa HIV dan AIDS merupakan salah satu faktor utama dalam penyebaran TB. Namun Indonesia perlu waspada mengingat makin tingginya angka kejadian HIV dan AIDS. Dari beberapa penelitian disimpulkan juga bahwa TB merupakan salah satu penyebab utama terjadinya infeksi oportunistik di antara pasien-pasien AIDS di rumah sakit dan Lapas. Suatu studi prevalensi ko-infeksi yang sistematis akan membantu para pembuat kebijakan di Indonesia dengan memberikan data yang diperlukan untuk merumuskan kebijakan yang rasional dalam upaya pencegahan atau pengendalian TB serta HIV dan AIDS.

Studi prevalensi ini perlu dilaksanakan khususnya di provinsi dengan prevalensi tinggi. Provinsi Bali sebagai salah satu dari 6 provinsi yang mempunyai jumlah kasus yang tertinggi di Indonesia, bersama DKI jakarta, Papua, Kepulauan riau, jawa barat dan jawa timur. Keenam provinsi ini telah menandatangani kesepakatan dalam menanggulangi HIV/AIDS. Dalam survei ini akan didanai oleh Global Fund khususnya untuk daerah Bali akan dikerjakan oleh Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Universitas Udayana.

Bali menjadi salah satu tempat yang tepat untuk survei prevalensi TB di antara pasien HIV dan AIDS karena beberapa alasan. Pertama, program pengendalian TB di provinsi Bali telah komprehensif karena mencakup puskesmas, rumah sakit. Kedua, tersedia jaringan laboratorium yang kuat. Ketiga, case notification rate TB di Bali meningkat drastis. Case Notification Rate pada tahun 2007 sebesar 95 per 100.000 Keempat, kasus HIV dan AIDS di Bali terus meningkat.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi HIV positif pada penderita tuberkulosis di Provinsi Bali. Dengan mengetahui besarnya prevalensi HIV+ diantara pasien TB, maka dapat menjadi masukan dalam menetapkan kebijakan penanggulangan ko-infeksi TB-HIV.

Penelitian akan dilangsungkan di seluruh kabupaten/kota di Bali selama 7 bulan, dimana juga akan melibatkan Unit pelayanan kesehatan (UPK) dalam penemuan kasus TB yakni rumah sakit, puskesmas, laboratorium daerah.

Tidak ada komentar: