Selasa, 21 Juli 2009

Flu babi seperti flu biasa (common flu)




Penyebaran flu babi di Indonesia sangat mengkawatirkan dan sulit dibendung lagi. Di Indonesia telah terjadi peningkatan hampir 100% hanya dalam 1 bulan belakangan ini. Mengingat tingkat penyebarannya yang sangat cepat sehingga Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) telah memutuskan peningkatan status flu babi menjadi pandemi. Artinya, penyebaran virus flu jenis H1N1 itu sudah mengancam secara global. Melihat kondisi kepadatan penduduk, tingkat mobilitas dan perilaku hidup masyarakat Indonesia tampaknya penyebarannya akan sangat cepat melebihi yang diduga sebelumnya. Benarkah flu babi sebuah ancaman penyakit yang sangat menakutkan dan sangat berbahaya ?

Panik???
Kepanikan terhadap ancaman flu babi saat ini sangat wajar terjadi. Kepanikan mulai tampak, setiap hari dilaporkan oleh berbagai media tentang laporan dari berbagai kota dan berbagai rumah sakit tentang penderita yang dicurigai sebagai flu babi. Ketakutan itu juga melanda seluruh dunia. Terdapat kasus di suatu negara, terdapat satu penumpang sebuah pesawat yang mengalami demam seluruh penumpang di pesawat dikarantina selama seminggu. Pada kasus lain, ditemukan seseorang yang dicurigai flu babi di sebuah hotel, yang menyebabkan seluruh orang di hotel tersebut harus diisolasi. Banyak sekali laporan serupa yang menceritakan kepanikan terhadap ancaman flu babi dari berbagai belahan dunia.

Saat ini Departemen Kesehatan telah menyatakan dalam di Indonesia dalam keadaan status KLB (Kejadian Luar Biasa) untuk kasus penyakit Flu babi. Selanjutnya tidak bisa dihindari siapapun penyebaran penyakit ini tampaknya akan seperti flu biasa. Melihat karakteristik penyebarannya dalam suatu dekade tertentu perlahan tapi pasti penyakit ini akan menyatu dengan kehidupan msyarakat sehari-hari. Kepanikan dan beban psikologis masyarakat akan secara perlahan mencair begitu flu babi akan semakin sering masuk di telinga. Bukanlah hal yang mustahil nantinya flu babi akan mudah dijumpai di lingkungan masyarakat baik di mall, pasar, kantor, sekolah bahkan di rumah. Saat ini mungkin banyak rumah sakit enggan merawat penderita flu babi. Bahkan depkes telah menunjuk RS yang merawat flu babi hanya beberapa rumah sakit khusus. Nantinya mungkin adalah hal yang biasa setiap rumah sakit atau puskesmas akan mempunyai dan merawat kasus flu babi. Saat ini begitu mendengar orang terkena flu babi akan diasingkan seperti penyakit paling berbahaya di dunia. Karena takutnya bahkan untuk memeriksa sampel darah penderita yang dicurigai flu babi, pemeriksa dari dinas kesehatan menggunakan baju ala astronot. Tetapi nantinya masyarakat akan terbiasa dan tidak menyadari bahwa flu yang baru dialami adalah flu babi.

Seperti Flu biasa
fluFlu babi merupakan penyakit saluran napas yang disebabkan oleh virus influenza tipe A. Pada manusia, tanda dan gejala flu babi secara umum sama dengan influenza atau flu biasa. Gejala yang terjadi meliputi demam disertai menggigil, batuk, nyeri tenggorokan, nyeri otot dan tulang, sakit kepala, menggigil dan lemas atau letih.

Peningkatan kasus flu babi di Indonesia tampaknya sulit dibendung lagi. Bahkan WHO yang sebelumnya dengan segala daya upaya melakukan pencegahan akhirnya berpendapat, laju penyebaran flu babi di dunia sudah tidak mungkin lagi untuk dihentikan. Lantaran itu, lembaga kesehatan PBB tersebut menganjurkan pada sejumlah negara untuk selekasnya mengurangi sedikit demi sedikit kebijakan pencegahan yang super ketat. Disamping itu, WHO juga melihat, tingkat kematian (mortality rate) flu babi sangat rendah, hanya 0,4%. Bandingkan dengan flu burung yang tingkat kematiannya mencapai 80%. Bisa diartikan, tingkat bahaya flu babi sejatinya setera dengan flu musiman (seasonal flu) biasa dan jauh lebih ringan dibandingkan flu burung.

Sejumlah Negara mulai mengendurkan kewaspadan pada ancaman pandemi flu babi. Australia kini bahkan telah menghapuskan pengadaan thermal scanner (pengukur suhu tubuh) di bandara. Singapura bahkan tidak lagi memberikan obat jenis oseltamifir merek Tamiflu pada pasien flu babi dengan gejala ringan. Amerika Serikat bahkan memilih kebijakan untuk tidak lagi memberikan Tamiflu pada suspek dan pasien positif (confirm) flu babi. Pasalnya, virus H1N1 telah resisten (kebal) pada Tamiflu.

Kendati WHO menyatakan penyakit flu babi tidak lebih berbahaya dari flu biasa, Departemen Kesehatan memutuskan untuk tetap memperketat penjaringan pencegahan masuknya flu babi agar tidak cepat merembet lebih banyak ke Indonesia.

menyikapi flu babi
swine fluMelihat tingkat penyebaran flu babi yang demikian cepat, tampaknya masyarakat Indonesia tidak terhindarkan dari ancaman ini. Melihat fakta yang ada nantinya secara psikologis dan biologis masyarakat harus siap menerima dan menghadapinya. Kepanikan yang berlebihan seharusnya semakin berkurang karena bahaya flu babi hampir sama dengan flu biasa. Kekawatiran yang berlebihan akan menghilang karena nantinya sulit dihindari bahwa flu babi akan berdampingan dengan kehidupan masyarakat Indonesia. Kecemasan terhadap flu babi akan sirna karena penyakit ini 95% tidak memerlukan perawatan di rumah sakit, tidak memerlukan pengobatan khusus dan ancaman kematiannya tidak jauh berbeda dengan flu biasa.

Meskipun flu babi nantinya akan mirip flu biasa, pencegahan yang baik harus tetap dilakukan. Pencegahan flu babi seperti pencegahan Influenza pada umumnya meliputi peningkatan higiena, sanitasi dan perilaku hidup bersih diri sendiri. Sampai saat ini belum ditemukan vaksin untuk pencegahan flu babi. Vaksin yang biasa digunakan untuk influenza pada permulaan flu musiman tidak efektif untuk strain virus ini. Perilaku utama yang dapat mencegah penyebaran virus influaenza adalah melakukan cuci tangan sesering mungkin. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir beberapa kali dalam sehari. Keringkan tangan setelah dicuci. Jika tidak ada air, bisa menggunakan bahan pencuci tangan dari alkohol. Pemakaian masker paling tidak dapat mengurangi resiko penularan melalui udara.

Bahaya dan komplikasi flu babi
Komplikasi yang dapat terjadi pada penyakit ini sama seperti flu biasa, diantaranya adalah bronkitis, pnemoni (infeksi paru), infeksi telinga, sinusitis dan kematian. Komplikasi berat yang terjadi atau ancaman jiwa jiwa bisa terjadi pada kasus tertentu terutama pada penderita dengan daya tahan tubuh yang rendah atau buruk. Sehingga seseorang dengan daya tahan tubuh yang rentan harus lebih waspada. Diantaranya adalah penderita bronkitis, asma dan alergi, penderita yang mudah terserang flu, pernah mempunyai riwayat infeksi telinga, pnemonia atau sesak. Penderita dengan tingkat kekebalan yang sangat buruk seperti penderita HIV, malnutrisi atau gizi buruk, penderita kelainan jantung bawaan, penyakit kanker dan kelainan darah.

Laporan terakhir di Amerika Serikat menunjukkan penderita obesitas mempunyai resiko terjadi komplikasi lebih besar. Pada ibu hamil dan anak usia di bawah lima tahun khususnya dibawah usia 3 bulan sangat rentan daya tahan tubuhnya harus lebih waspada. Sehingga pemberian ASI ekslusif sangat relevan untuk mencegah terjadi infeksi ini terutama pada bayi di bawah usia 6 bulan. Selain itu resiko tingkat kematian lebih tinggi terjadi pada negara yang sarana layanan kesehatannya belum terlalu baik.

Saran: Cegah dan tidak panik!
Melihat berbagai keadaan tersebut komplikasi atau ancaman jiwa sebenarnya hampir mendekati flu biasa. Keadaan tersebut dapat dihindari bila pada penderita dengan resiko tinggi tersebut harus segera mendapatkan perawatan segera di rumah sakit. Bila terjadi komplikasi yang berat seperti sesak, kejang atau penurunan kesadaran hendaknya dilakukan perawatan di rumah sakit yang sarananya lebih lengkap.

Dalam menghadapi flu babi kepanikan dan kekawatiran yang berlebihan tampaknya tidak harus dilakukan. Namun meskipun penyakit flu babi tidak seberbahaya yang kita duga selama ini tetap jangan diremehkan. Kewaspadaan dan pencegahan yang baik tampaknya adalah upaya yang dapat dilakuan dalam menghadapi ancaman flu babi yang tidak dapat dielakkan.

Dr. Widodo Judarwanto, SpA, Rumah Sakit Bunda Jakarta, Jl teuku Cikditiro 28 jakarta Pusat

Tidak ada komentar: