Senin, 24 Nopember 2008
sumber : Bali Post
Tiga Meninggal, Diduga Rabies
Denpasar (Bali Post) -
Hingga kini sudah ada tiga korban meninggal di wilayah Kuta Selatan. Mereka diduga karena rabies. Akibatnya pemerintah pusat langsung menginstruksikan pihak berwenang di Bali untuk melakukan pengecekan. Setelah dicek, hasil observasi masih nihil alias belum ditemukan wabah rabies.
Tim gabungan Dinas Peternakan Provinsi Bali, Dinas Peternakan Badung, Balai Veteriner dan Yayasan Yudisthira, Sabtu (22/11) langsung turun ke lapangan untuk melakukan penelusuran di wilayah Ungasan. Tim dipimpin Kadis Peternakan Provinsi Bali I.B. Raka.
Tim menyasar Banjar Sari Karya, Ungasan. Di wilayah ini, terdapat enam kasus gigitan anjing. Anjing milik warga setempat itu terakhir menggigit 13 November 2008.
Tim gabungan sebenarnya hendak membawa dan mengobservasi anjing itu di kantor Peternakan. Namun urung dilaksanakan dengan berbagai pertimbangan. Akhirnya tim hanya memberikan kandang dan memutuskan observasi intensif dilakukan di rumah pemilik.
Serangan anjing juga terjadi di Banjar Bakung Sari, Balangan. Namun tidak sampai ada korban jiwa. Ada tiga warga yang telah digigit. Kecurigaan muncul karena setelah menggigit beberapa hari kemudian anjing milik warga itu mati. Kecurigaan tidak terbukti, karena dipastikan anjing yang menggigit itu mati karena sudah tua. Penelusuran tim gabungan tersebut sementara waktu berkesimpulan kasus serangan anjing di wilayah Ungasan dan sekitarnya tidak mengindikasikan mewabahnya rabies.
Dua Meninggal
Sementara itu, seorang warga Banjar Giri Dharma Unggasan, Kuta Selatan meninggal, Minggu (23/11) kemarin sekitar pukul 15.00 wita setelah sempat mendapatkan perawatan selama semalam di RS Sanglah. Ia sebelumnya dicurigai terkena rabies karena sebulan sebelum masuk RS ia pernah digigit anjing. Lima hari sebelumnya, seorang warga juga digigit anjing dan meninggal.
Menurut Nyere, warga setempat, tiga hari sebelum dilarikan ke RS Sanglah, korban mengalani nyeri pada bagian tubuh yang pernah digigit anjing. Saat dibawa ke RS Sanglah, kondisinya masih dalam keadaan sadar. 'Tetapi tadi (siang kemarin - red) dia kejang-kejang sampai harus dipegang oleh satpam dan diborgol,' tutur Nyere. Sesaat kemudian, sekitar pukul 15.00 wita kemarin nyawanya tidak bisa diselamatkan.
Kasi Yanmed Rawat Jalan RS Sanglah dr. Ken Wirasandhi, Minggu kemarin, membantah korban terserang penyakit rabies. Hal yang sama dikatakan Kepala IRD RS Sanglah dr. Kuning Atmadjaya, Sp.B. Menurutnya, pasien awalnya memang dicurigai terkena rabies melihat latar belakang sakitnya. 'Tetapi setelah dilakukan tes darah di laboratorium, hasilnya negatif rabies dan pasien positif mengidap radang otak,' tutur Kuning.
Penyakit rabies, menurut Kuning, membutuhkan waktu inkubasi sekitar 1 sampai 1,5 bulan atau satu minggu jika virus rabies tersebut ganas. 'Awalnya pasien akan mengalami infeksi pada lukanya. Setelah itu, timbul gejala pasien takut air. Jika sudah kronis, pasien akan mengeluarkan air liur terus-menerus dan gampang curiga serta mengamuk,' jelas Kuning.
Menurutnya, pasien benar-benar akan diberikan obat rabies jika hasil pemeriksaan darahnya positif rabies. 'Setelah itu, pasien akan dikarantina,' ujar Kuning.
Meski negatif rabies, berdasarkan pantauan Bali Post, penanganan korban hingga akhirnya meninggal layaknya penyakit menular. Perawat yang mengurusi jenazahnya tampak memakai alat pelindung diri dan masker. Ruang Ratna juga digembok sehingga pengunjung tidak masuk dengan bebas ke dalam ruangan. (kmb24)
Minggu, 30 November 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar