Rabu, 24 September 2008

Latar belakang seminar nasional 18 Oktober 2008

Konsep pelayanan kesehatan dasar (primary health care) telah menjadi inti dari setiap kebijakan dan strategi Badan Kesehatan Sedunia (WHO) sejak Deklarasi Alma Ata tahun 1978. Di Indonesia konsep ini diterjemahkan kedalam program-program puskesmas, posyandu dan program-program kesehatan berbasis masyarakat lainnya.

Dalam perkembangannya, sejak tahun 2000, konsep pelayanan kesehatan dasar ditujukan untuk mewujudkan tercapainya tujuan pembangunan milenium (Millennium Development Goals). Enam dari delapan tujuan pembangunan milenium berhubungan dengan kesehatan diantaranya: menanggulangi kemiskinan dan kelaparan (tujuan 1), menurunkan angka kematian anak (tujuan 4), meningkatkan kesehatan ibu (tujuan 5), memerangi HIV/AIDS, malaria dan penyakit menular lain (tujuan 6), menjamin kelestarian lingkungan hidup (tujuan 7) dan mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan (tujuan 8).

Tiga puluh tahun setelah Deklarasi Alma Ata, tujuan awal pelayanan kesehatan dasar, “Health for All” belum bisa diwujudkan. Ada empat pilar utama yang seharusnya diterapkan dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan dalam pelayanan kesehatan dasar, yang sampai saat ini belum mampu diterapkan secara optimal, yaitu mendorong partisipasi masyarakat, meningkatkan pemerataan dan keadilan dalam pelayanan kesehatan (equity), integrasi antar program-program pelayanan kesehatan dasar dan mendorong kerjasama lintas sektor.

Demikian juga hasil pencapaian tujuan pembangunan milenium Indonesia yang menunjukkan hasil yang belum memuaskan. Menurut laporan pencapaian Millennium Development Goals Indonesia 2007, beberapa hal masih perlu mendapat perhatian dan memerlukan kerja keras dalam pencapaiannya seperti masih tingginya kasus-kasus gizi kurang dan buruk, tingkat kematian ibu, prevalensi HIV/AIDS serta rendahnya kualitas air minum.

Bali merupakan provinsi yang dari perspektif nasional pencapaian tujuan pembangunan mileniumnya relatif baik. Indikator-indikator MDGs yang berhubungan dengan kesehatan di Bali selalu berada di atas angka nasional, terkecuali dalam hal jumlah penderita HIV/AIDS yang terbesar kelima di Indonesia. Oleh karena itu dalam seminar kali ini kami ingin menampilkan pembicara dari Pemerintah Provinsi Bali untuk memaparkan pencapaiannya, pelajaran yang bisa dipetik dan upaya-upaya peningkatan terutama dalam hal optimalisasi pelayanan kesehatan dasar.

Acara seminar ini merupakan serangkaian kegiatan dalam rangka Dies Natalis Universitas Udayana ke 46 dan sebagai bentuk dukungan terhadap gerakan Bangkit dan Berbuat (Stand Up and Take Action, 17-19 Oktober 2008. Kampanye Bangkit dan Berbuat dilakukan untuk mengingatkan pemerintah akan janji pemerintah untuk sungguh-sungguh mengerahkan semua upaya dan sumberdaya guna menanggulangi kemiskinan, melalui perbuatan kongkret masyarakat secara luas. Janji tersebut dinyatakan oleh 189 Kepala Negara dan Pemerintahan termasuk Indonesia pada tahun 2000 melalui Deklarasi
Milenium pada Pertemuan Tingkat Tinggi di markas besar PBB New York.
Janji pemimpin tersebut juga merupakan komitmen yang diikrarkan bagi
rakyatnya masing-masing, yang tertuang dalam Millennium Development Goals.

Kegiatan ini juga dirangkaikan dengan acara pelantikan pengurus Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) wilayah Bali. Sebagai organisasi profesi di bidang kesehatan masyarakat, pembentukan IAKMI di Bali diharapkan akan mampu memberikan kontribusi yang signifikan dalam upaya-upaya untuk mendukung terwujudnya tujuan pembangunan milenium. Untuk itu pada seminar ini kami mengundang ketua IAKMI pusat untuk melantik ketua dan pengurus IAKMI Bali, sekaligus menjadi pembicara untuk memaparkan peranan pelayanan kesehatan dasar dalam pencapaian tujuan pembangunan milenium.

Tidak ada komentar: