Jumat, 15 Januari 2010
Lowongan Kesehatan Kerja untuk SKM Udayana
TOA-TOKURA-PP Joint Operation
Location : Kuta-Bali
TOA Corporation is an international construction company need a professional force for the position: HEALTH & SAFETY ENGINEER.
Requirements:
- Male, max. 35 years old
- Graduated from Health & Safety background with GPA>2.75
- Fluenth English
- Min. 2 years experienced in safety construction
- Computer operating
- Having motivation to achieve target
- Disciplin and Strong Leadership
- Sent application letter and CV to TOA-TOKURA-PP Joint Operation, Jl. Dewi Sri No. 18, Blok C-D-E Kuta Bali or fax to 0361-751618 until this week
- Only qualified applicants who are called to interview
Rabu, 02 Desember 2009
PENANGGULANGAN RABIES BERBASIS DESA PAKRAMAN DI BALI
Telah dimuat di Bali Post tgl 19 November 2009
PENANGGULANGAN RABIES BERBASIS DESA PAKRAMAN
DI BALI
Oleh : Sang Gede Purnama
Upaya penanggulangan rabies bukanlah tanggung jawab pemerintah saja melainkan seluruh masyarakat. Keterlibatan desa pakraman dalam hal ini sangatlah diperlukan dimana lembaga adat dapat berperan serta langsung dalam eliminasi anjing, pemberian VAR dan pembuatan awig-awig cukup mendukung suksesnya program ini.
Perkembangan penyakit rabies semakin hari semakin mengkhawatirkan keadaannya. Jumlah korbannya terus bertambah dan wilayah penyebarannya juga terus meluas. Apa yang telah kita lakukan ternyata masih belum bisa mewujudkan provinsi bali terbebas dari rabies. Sebelumnya kita dikenal sebagai kawasan bebas rabies namun dengan berjalannya waktu ternyata kawasan kita telah kemasukan hewan pembawa virus rabies.
Virus rabies sebenarnya dapat dibawa oleh anjing, kucing, dan kera. Dimana potensi terbesar saat ini disebarkan oleh anjing. Penularannya melalui gigitan hewan pembawa virus rabies dan termasuk zoonosis (penyakit hewan yang dapat menular kemanusia). Penyakit rabies dapat menyebabkan kematian sehingga perlu penanganan serius terhadap penyakit ini.
Justru yang membedakan Provinsi Bali dengan daerah lainnya adalah kepemilikan anjing tersebut. Anjing populasinya sangat banyak di Provinsi Bali dibandingkan daerah lainnya, Anjing tersebut sering dilepaskan oleh pemiliknya (diliarkan), Pemilik anjing tidak terdata dan jarang anjing yang divaksin. Disamping itu anjing bagi masyarakat bali sebagai penjaga rumah sehingga hampir setiap rumah berisi anjing. Diperkirakan hanya diperlukan seekor anjing dalam masa inkubasi untuk menularkan rabies di Bali. Populasi anjing yang tinggi (500.000-600.000 ekor) di Bali merupakan media yang efektif sebagai penyebaran rabies.
Sebagai daerah pariwisata dunia yang sebagian besar masyarakatnya tergantung pada sektor pariwisata. Bali juga dapat mengalami kerugian yang besar apabila terjadi wabah rabies. Industri pariwisata umumnya sensitif terhadap masalah yang terjadi khususnya masalah kesehatan masyarakat. Pada tahun 2004 saja, Bali kedatangan hampir 1,5 juta wisatawan asing. Menurut survey Dinas Pariwisata Bali, wisatawan asing tersebut rata-rata tinggal selama 11 hari dengan pengeluaran per wisatawan per hari sebesar Rp 550.000,00. Berarti pada tahun 2004, jumlah uang yang masuk dari para wisatawan asing yang berlibur di Bali diperkirakan sebesar Rp9.075 trilyun (Rp550.000,00 dikali 11 hari, dikali 1,5 juta orang). Itu artinya dampak tidak langsung yang ditimbulkan cukup besar dimana akan dirasakan juga oleh pelaku pariwisata dimana terdapat perhotelan, agen perjalanan wisata, transportasi, restoran, objek wisata, kerajinan tangan atau cinderamata, dan pelaku bisnis.
Kondisi sosial budaya masyarakat yang suka memelihara anjing juga harus dibarengi dengan perawatannya. Masalah justru timbul karena banyak anjing peliharaan yang sengaja diliarkan oleh pemiliknya tanpa ada perawatan dan vaksinasi. Hal ini dapat menjadi faktor pendukung penyebaran rabies semakin cepat karena padatnya populasi anjing di Bali. Apalagi kalau nantinya ada monyet di Sangeh atau Alas Kedaton terkena rabies maka keadaannya akan semakin parah saja. Hal itu dapat menyebabkan kawasan wisata itu hanya tinggal nama karena semua monyet harus dieliminasi dari tempat itu.
Bagaimana upaya penanggulangan rabies selama ini ?. Dinas Perternakan dan Dinas Kesehatan saling berkordinasi dalam upaya menangani masalah ini. Eliminasi anjing terus dilakukan namun memang masih kurang efektif terutama didaerah yang diketahui ada anjing positif rabies karena masih saja ada perlawanan dari masyarakat disamping tidak semua anjing dapat dieliminasi. Beberapa korban dengan riwayat gigitan anjing dan positif rabies juga sudah ada meninggal sejak setahun lalu hingga kini. Pemberian vaksin anti rabies (VAR) pada anjing masih terbatas dilakukan dengan berbagai alasan. Rabies sepertinya menjadi bom waktu bagi masyarakat kita maka dukungan dan peran serta masyarakatlah yang diperlukan dalam penanganan masalah ini.
Pengawasan terhadap binatang penular rabies masuk ke Bali kini mulai diperketat. Namun demikian potensi masuknya hewan penular rabies dapat saja terjadi. Disamping sudah ada anjing yang pembawa virus rabies berkeliaran di provinsi ini. Anjing tersebut dapat saja sudah tertular namun belum menunjukan gejala rabies sehingga dapat masuk ke Provinsi Bali dan menyebarkan virusnya.
Permasalahannya menjadi begitu kompleks karena upaya eliminasi yang masih terbatas, VAR pada anjing juga tidak kontiniue dilakukan, banyak anjing yang tidak terdata dimasing-masing wilayah, Banyaknya populasi anjing liar dan belum diterapkannya sistem yang komprehensif dalam penanganan masalah ini. Oleh sebab itulah harus ada langkah-langkah yang serius dan berkesinambungan dalam penanganan masalah ini.
Penanggulangan rabies berbasis desa pakraman
Sistem penanggulangan rabies berbasis desa pakraman adalah salah satu opsi yang dipandang cukup efektif karena sesuai dengan kondisi sosial-budaya masyarakat bali. Upaya penanganan suatu penyakit dengan pendekatan sosial-budaya sangat penting. Peran serta semua pihak dalam upaya penanganan masalah ini diperlukan. Sementara ini yang terjadi adalah pemerintah dengan dinas perternakan dan kesehatan yang lebih banyak bekerja. Dengan jumlah tenaga dan anggaran yang terbatas mereka kesulitan untuk melaksanakan program diwilayah Bali yang luas dengan berbagai macam kondisinya.
Adapun sistem penanggulangan rabies berbasis masyarakat tersebut dimana peranan lembaga pemerintah dan lembaga sosial masyarakat saling bekerjasama. Dinas perternakan berkordinasi dengan dinas kesehatan dimana Puskesmas dan Puskeswan bekerjasama langsung dengan lembaga masyarakat seperti Desa Pakraman. Desa Pakraman selanjutnya berkomunikasi dengan Banjar Adat. Peranan banjar adat inilah sebagai ujung tombak pelaksanaan program. Dimana eliminasi anjing liar dilakukan oleh pecalang. Kemudian Kasinoman melakukan pemantauan dan pengawasan terhadap anjing yang dimiliki warga termasuk munculnya anjing baru yang tidak jelas kepemilikannya di lingkungan desa dilakukan pendataan. Kader Kesehatan yang terlatih diminta sebagai tenaga promosi kesehatan dan apabila diperlukan dapat dilatih menjadi tenaga yang memberikan Vaksin Anti Rabies (VAR) pada anjing dan anjing yang telah mendapat VAR diberikan tanda. Seka Truna-truni juga dapat berperan aktif sebagai tenaga promosi kesehatan dalam upaya penanggulangan rabies.
Peranan tokoh-tokoh masyarakat sebagai agen perubahan (agent of change) juga diperlukan. Merekalah yang diharapkan mampu memberi informasi yang baik dan benar kemudian menggerakan masyarakat menjalankan program yang telah disepakati. Sehingga program penanggulangan rabies dapat berjalan dengan baik.
Dibeberapa daerah ada yang menerapkan awig-awig (peraturan adat yang disepakati bersama) dimana masyarakat yang memiliki anjing yang sengaja diliarkan dan menggigit korban maka si pemilik diminta mengganti biaya pengobatan bahkan sampai upacara kematian dan akan diberi denda sesuai aturan yang disepakati. Hal ini bertujuan agar masyarakat tersebut menjaga anjingnya dengan baik dan tidak melepaskan begitu saja tanpa perawatan. Pemilik anjing berkewajiban memberi vaksin pada anjingnya dan merawatnya. Apabila ada anjing liar yang tidak jelas kepemilikannya sebaikny dieliminasi.
Penerapaan peraturan adat (awig-awig) yang disepakati bersama oleh masyarakat dipandang lebih efektif sebagai upaya melakukan pengawasan terhadap anjing liar dan penanggulangan rabies. Di beberapa daerah pembuatan awig-awig ini telah dilaksanakan. Anggota masyarakat yang memiliki anjing yang tadi diliarkan dan tidak terpelihara dengan baik kini mulai melakukan pengawasan dan pemeliharaan.
Sebenarnya banyak potensi organisasi masyarakat yang dapat digerakan dalam mendukung program ini seperti IAKMI, PHDI, LSM, Universitas, dan lainnya. Inilah bentuk peran serta masyarakat dalam upaya penanggulangan rabies. Permasalahan rabies adalah masalah kita semua jadi sudah sepantasnya kita semua berperan serta dalam penanggulangannya.
Penulis adalah Pengurus Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Provinsi Bali
Senin, 09 November 2009
TUGAS DAN FUNGSI JABATAN FUNGSIONAL EPIDEMIOLOGI
TUGAS DAN FUNGSI JABATAN FUNGSIONAL EPIDEMIOLOGI
Source : http://arali2008.wordpress.com/2009/04/02/tugas-dan-fungsi-pejabat-fungsional-epidemiologi-kesehatan-ahli/
Suatu kegiataan dalam rangka mengenal karakteristik penyakit yang berkaitan dengan penularan, penyebaran, faktor berpengaruh meliputi kondisi lingkungan, penyebab penyakit faktor resiko lainnya serta cara-cara penanggulangan yang tepat melalui pengumpulan data, pengolahan data, analisa, interpretasi serta penyebaran informasi adalah suatu kegiatan epidemiologi. Orang yang melakukan pekerjaan ini biasa disebut Epidemiolog.
Seorang profesional epidemiologi kesehatan biasanya bekerja di pemerintahan, baik itu di Puskesmas, Dinas Kesehatan Kabupaten, Propinsi dan Depkes serta instansi-instansi kesehatan lainnya biasanya mempunyai jabatan yang dikenal dengan Jabatan Fungsional Epidemiologi.
Khusus untuk epidemiologi kesehatan ahli yang tingkat pendidikannya adalah sarjana (S1/DIV) mereka ini akan siap bekerja dalam bidang epidemiologi, mempunyai kedudukan yang menunjukan tugas, tanggungjawab, wewenang dan hak seorang PNS dalam suatu satuan organisasi yang dalam melaksanakan tugasnya didasarkan atas keakhlian dan keterampilan tertentu (profesionalitas) serta bersifat mandiri. Dan mempunyai tugas pokok dan fungsi sebagai berikut :
Tugas pokok
Penyelenggaraan tugas-tugas epidemiologi kesehatan ahli secara profesional meliputi kegiatan yang berkaitan dengan pengembangan pengetahuan, penerapan konsep dan teori, ilmu dan seni untuk memecahkan masalah dan pemberian pengajaran dengan cara yang sistematik di bidang epidemiologi kesehatan.
Fungsi
- Persiapan pelaksanaan kegiatan epidemiologi kesehatan
- Pengamatan epidemiologi kesehatan
- Penyelidikan epidemiologi kesehatan
- Pencegahan dan pemberantasan penyakit
- Pemberdayaan Masyarakat dibidang kesehatan
- Penerjemah atau penyadur buku dan bahan lainnya di bidang epidemiologi
- Pengembangan teknologi tepat guna bidang epidemiologi
- Pengajaran atau sebagai pelatih pada unit pendidikan dan pelatihan pegawai
- Pembuatan pedoman atau petunjuk tehnis dibidang epidemiologi kesehatan.
- Penerjemahan atau penyaluran buku dan bahan/materi lainnya dalam bidang epidemiologi kesehatan
- Penyusunan karya tulis ilmiah bidang epidemiologi
- Dan pelaksanaan tugas dan fungsi lain dalam bidang epidemiplogi yang diperintahkan oleh pimpinan organisasi.
Penjelasan dari tugas dan fungsi epidemiolog diatas adalah
Persiapan pelaksanaan kegiatan epidemiologi kesehatan adalah kegiatan epidemiologi dapat dilakukan jika telah tersedia pedoman atau petunjuk tehnis dan didukung dengan aturan perundang-undangan, maka oleh karena itu seorang epidemiolog dalam menyelenggarakan program dan kegiatan, yang harus dilakukan adalah mempersiapkan pelaksanaan dengan membuat Term Of Referensi (TOR) dan atau TOR yang didukung oleh payung hukum atau kalau tidak ada payung hukum, dibuatkan penjabaran payung hukumnya, agar TOR dan peraturan pendukungnya dapat dengan mudah dilaksanakan, dibuatkan juga tehnis pelaksanaannya. TOR adalah singkatan dari Term Of Reference adalah kerangka acuan yang digunakan sebagai pedoman untuk menyusun perencanaan atau rencana kegiatan program
Pengamatan epidemiologi kesehatan adalah kegiatan surveilans epidemiologi merupakan komponen utama dari pengamatan epidemiologi kesehatan, dimana seorang epidemiolog kesehatan harus terus-menerus bekerja mengamati penyakit dan masalah kesehatan secara sistematik dan menyajikannya secara optimal untuk mempermudah upaya-upaya pencegahan dan tindak lanjut. Jadi pengamatan epidemiologi adalah suatu kegiatan dimulai dari pengumpulan data, validasi, pengolahan, analisa dan interpretasi tentang epidemiologi penyakit yang diamati serta menentukan factor yang berperan pada kejadian penyakit tersebut.
Penyelidikan epidemiologi adalah salah satu pekerjaan seorang epidemiologi yang khas adalah penyelidikan epidemiologi, pekerjaan ini biasa dilakukan ketika terjadi wabah atau kejadian Luar Biasa (KLB) suatu Penyakit, dimana seorang epidemiolog harus dapat memastikan kalau suatu wabah atau KLB penyakit tidak menjadi masalah kesehatan masyarakat. Atau tepatnya seorang epidemiologi harus dapat menurunkan frekwensi kejadian KLB, menurunkan jumlah kasus dan kematian pada KLB tersebut, memperpendek periode KLB dan menyempitkan wilayah KLB. Jelasnya penyelidikan epidemiologi adalah rangkaian kegiatan untuk mengetahui suatu kejadian baik sedang berlangsung maupun yang telah terjadi, sifatnya penelitian, melalui pengumpulan data primer dan sekunder, pengolahan dan analisa data, membuat kesimpulan dan rekomendasi dalam bentuk laporan.
Pencegahan dan pemberantasan penyakit adalah suatu tindakan dan upaya untuk mencegahan terjadinya penyakit dan masalah kesehatan. Tindakan dan upaya ini berupa pencegahan dan pemberantasan penyakit, pelaksanaan imunisasi, pengobatan massal, pengobatan khusus, pemeriksaan khusus, pemeriksaan penyakit khusus kelompok resiko tinggi, melakukan evaluasi program, melakukan pelayanan konsultasi dan penyusunan rekomendasi dari hasil evaluasi program pelaksanaan pencegahan dan pemberantasan penyakit.
Pemberdaayaan masyarakat adalah kegiatan pemberdayaan masyarakat pada dasarnya adalah menfasilitasi masyarakat yang bersifat non instruktif guna meningkatkan pengetahuan dan pemahaman masyarakat dalam agar mampu mengidentifikasi masalah, merencanakan dan melakukan pemecahannya dengan memanfaatkan potensi setempat dan fasilitas yang ada, bidang pencegahan dan pemberantasan penyakit serta melakukan survailans kewaspadaan dini terjadinya Kejadin Luar Biasa penyakit. Masyarakat dilokasi kegiatan diarahkan pada timbulnya kepedulian dan rasa memiliki PROGRAM dalam berbagai bentuk PARTISIPASI, Masyarakat dimotivasi, masyarakat difungsikan dan masyarakarat dapat berbuat.
Pengembangan teknologi tepat guna bidang epidemiologi adalah serangkat pengetahuan tentang epidemiologi dasar maupun lanjutan. Ketika bekerja, pengetahuan ini harus diaplikasikan. Pendekatan yang paling sederhana adalah pendekatan pertanyaan epidemilogi, dari pertanyaan dan jawaban yang diberikan seorang epidemiolog kesehatan, adalah suatu teknologi yang dapat dipraktekan secara konprehensif, holistik, yang dapat dilakukan secara sistemik dan pengenalan faktor resiko. Pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah
- ”Kapan penyakit itu terjadi ?” —- when—-, pertanyaan ini adalah pertanyaan yang berkaitan dengan distribusi waktu
- ”Dimana penyakit itu terjadi ?” —— where—–, pertanyaan ini berkaitan dengan distribusi tempat
- ”Siapa yang menderita penyakit itu ?” ——-who——–, pertanyaan ini berkaitan dengan distribusi orang.
- ”Mengapa penyakit itu terjadi ?” ————–why————-, pertanyaan ini berkaitan dengan penyelidikan penyebab
- dan pertanyaan yang terakhir adalah ”Apa yang harus dilakukan?” —–what——, pertanyaan ini berkaitan dengan tindakan pencegahan dan penanggulangan.
Bentuk teknologi yang tepat guna yang praktis dan sederhana serta dapat diterapkan pada wilayah yang amat terbatas (spesifik) adalah
- Tehnik Pengukuran Frekwensi Penyakit
- Rancangan penelitian epidemiologi
- Rancangan konsep terjadinya penyakit
- Surveilans epidemiologi
- Local Areal Monitoring (PWS) dan Sistem Kewaspadaan Dini (SKD)- Kejadian Luar Biasa (KLB)
- Rancangan konsep sentinel
- Tehnik investigasi atau penyelidikan epidemiologi.
Penerjemah atau penyadur buku dan bahan lainnya di bidang epidemiologi adalah Memindahkan suatu amanat dari bahasa sumber ke dalam bahasa penerima (sasaran) dengan pertama-tama: mengungkapkan maknanya, dan kedua: mengungkapkan
- Menguasai bahasa sumber dan bahasa sasaran/penerima, tapi tidak harus dapat berbicara (dengan menggunakan) kedua bahasa tersebut dengan baik.
- Memiliki pengetahuan dan pemahaman terhadap materi yang diterjemahkan, sehingga mampu mengkomunikasikan pesan-pesan yang ada di dalamnya.
- Membutuhkan praktek/pemahiran dan pengalaman.
- Seorang penerjemah yang baik ditempa oleh pengalaman, dan penerjemah yang berpengalaman harus ditunjang oleh teori atau petunjuk-petunjuk penerjemahan.
Penyusunan karya tulis ilmiah bidang epidemiologi adalah adalah suatu tulisan yang membahas suatu masalah berdasarkan penyelidikan, pengamatan, pengumpulan data, yang didapatkan dari penelitian, baik penelitian lapangan, tes laboratorium, ataupun kajian pustaka. Dalam memaparkan dan menganalisis datanya harus berdasarkan pemikiran ilmiah, yaitu pemikiran yang logis (masuk akal), dan berdasarkan fakta empiris (hasil pengalaman atau penemuan dan pengamatan yang telah dilakukan).
Jenis Karya Tulis Ilmiah
- LAPORAN, ditulis setelah melakukan pengamatan, kunjungan, wawancara, penelitian, pembacaan - literatur, atau percobaan. (penulisannya relatif singkat, dan biasanya penulis membuat kesimpulan sendiri).
- Makalah, karya tulis yang memerlukan studi atau penelitian, baik secara langsung maupun tidak langsung. Makalah dapat disajikan dalam pertemuan ilmiah (simposium, seminar, atau lokakarya). Bila ditulis oleh seorang ‘pejabat’ dan dibawakan dalam suatu pertemuan, disebut kertas kerja. Jika dibuat oleh mahasiswa, biasanya disebut paper.
- Resensi : dapat diartikan sebagai tulisan tentang timbangan buku atau pengawasan ttg baik atau kurang baiknya kualitas suatu tulisan yang terdapat dalam suatu buku, sebagai suatu upaya menghargai karya orang lain, dengan cara memberikan komentar secara obyektif.
- Artikel : Karangan faktual (non-fiksi) yang menguraikan masalah secara lengkap, tapi tidak terlalu panjang, dan dimuat di surat-kabar, majalah, bulletin, dsb. untuk menyampaikan gagasan dan fakta guna meyakinkan,mendidik, menghibur, atau menawarkan pemecahan suatu masalah. Artikel dapat berupa gagasan dan opini penulis.
- Dan lain-lain termasuk yang utama Skripsi, Tesis dan Disertasi
Dalam melaksanakan tugas dan fungsi jabatan ini, di perlukan juga pengetahuan kewenangan perbedaan antara Jabatan Fungsional dan Struktural dalam suatu organisasi pemerintahan. Perbedaan itu adalah jika dalam suatu organisasi untuk melaksanakan tugas atau kelompok tugas diperlukan sekelompok orang yang bekerja bersama-sama (Tiem work), maka jabatan yang diperlukan adalah Jabatan struktural. Jika dalam suatu organisasi untuk menjalankan fungsi-fungsi organisasinya perlu mengandalkan kemampuan, keahlian dan keterampilan teknis profesi tertentu, maka jabatan yg diperlukan adalah jabatan Fungsional, seperti halnya jabatan fungsional epidemiologi ahli dalam postingan ini.
Kesimpulannya Tugas dan fungsi pejabat Fungfional Epidemiologi Kesehatan Ahli adalah mereka bekerja dalam bidang epidemiologi, mempunyai kedudukan yang menunjukan tugas, tanggungjawab, wewenang dan hak seorang PNS atau bukan PNS dalam suatu satuan organisasi yang dalam melaksanakan tugasnya didasarkan atas keakhlian dan keterampilan tertentu (profesionalitas) serta bersifat mandiri yaitu mempunyai pengetahuan dan skill epidemiologi yang mumpuni.
Minggu, 11 Oktober 2009
KOMPETENSI DAN PELUANG KERJA SKM
Perkembangan ilmu kesehatan masyarakat semakin pesat dan derajat kesehatan masyarakat kita akan semakin menurun
apabila tidak dilakukan management kesehatan yang berkualtas. Sarjana Kesehatan Masyarakat diciptakan untuk
mengembangkan kapabilitas dan kompetensinya dalam memanage berbagai permasalahan kesehatan masyarakat untuk
selanjutnya mencari pemecahannya (problem solving).
Orientasi kerja selama ini yang focus pada Dinas Kesehatan dan Puskesmas sebenarnya sudah tidak relevan lagi
karena berbagai kondisi. Ekspansi kebidang yang lainnya sangatlah diperlukan. Padahal berbagai prospek kerja
masih belum terisi oleh tenaga kesehatan masyarakat bahkan beberapa diisi oleh tenaga dari bidang ilmu yang
lainnya. Kondisi ini perlu kita tindak lanjuti bersama, adapun beberapa prospek kerja dapat dijabarkan sebagai
berikut :
1. KESEHATAN LINGKUNGAN
Bagian Kesehatan Lingkungan dikhususkan untuk mendalami dan menganalisis faktor lingkungan (fisik, biologis, kimia,
sosial) yang berpengaruh pada derajat kesehatan masyarakat.
KOMPETENSI
1. Paham untuk melakukan pengukuran parameter kesehatan lingkungan (Fisika, kimia, biologi, radioaktif, social).
2. Mampu melakukan analisis permasalahan kesehatan lingkungan (air bersih, pengelolaan limbah, pengelolaan
sampah, pengendalian vector, sanitasi makanan, pencemaran lingkungan dan toksikologi lingkungan, lingkungan sosial).
3. Mampu melakukan prediksi dampak kesehatan lingkungan dan mernacang alternatif-alternatif pengelolaan untuk
penyelesaian permasalahan kesehatan lingkungan permukiman dan industri (air bersih, pengelolaan limbah, pengelolaan sampah, pengendalian vector, sanitasi makanan, pencemaran lingkungan dan toksikologi lingkungan, lingkungan sosial).
4. Mampu melakukan modifikasi dan manipulasi lingkungan untuk penyelesaian permasalahan kesehatan lingkungan
permukiman dan industri (air bersih, pengelolaan limbah, pengelolaan sampah, pengendalian vector, sanitasi makanan,
pencemaran lingkungan dan toksikologi lingkungan, lingkungan sosial).
LAPANGAN PEKERJAAN
1. Dinas Kesehatan (Propinsi maupun Kabupaten/Kota) baik di Pulau Jawa maupun luar Jawa;
2. Puskesmas;
3. Dosen PTN (S-1 dan D-3 AKL);
4. Rumah Sakit; Barida (badan pemeriksa daerah);
5. Pengendalian Penyakit Berbasis Binatang (P2B2);
6. Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP); Balai Kesehatan Paru (BP4); Balai Kesehatan Mata (BKM).
7. Rumah Sakit swasta; Dosen PTS/STIKES maupun D-3 Kesehatan Lingkungan;
8. Konsultan Air Bersih dan Sanitasi (WISLIC), Konsultan Persampahan;
9. Pengendali Vektor;
10. LSM Lingkungan.
Manajer lingkungan RS, Konsultan limbah, Konsultan Amdal kesmas, Manager kesja dan kesling pd berbagai perusahaan :
pertamina, PLN, Kontruksi, Tekstil, Telkom, dll., Quality control supervisor pada perusahaan makanan dan minuman :
sosro, coca-cola, Aqua, catering dll, Sanitarian pada Hotel dan restourant , Manager HACCP pada restaurant,
Laboratorium kesmas, Puskesmas, Dinas kesehatan, Bapedalda,, Wiraswasta : catering, pest control, konsultan amdal, konsultan limbah dll
2. EPIDEMIOLOGI
Bagian yang secara institusi menyiapkan peserta didik yang handal di bidang pencegahan dan pengendalian penyakit
serta permasalahan kesehatan pada umumnya dengan menggunakan prinsip-prinsip dan metode epidemiologi.
KOMPETENSI
1. Mampu menganalisis masalah kesehatan masyarakat dengan pendekatan epidemiologi.
2. Mampu mengukur besaran masalah kesehatan dan mencari hubungannya dengan factor risiko.
3. Mampu menyusun dan menyajikan laporan hasil pengamatan, penyelidikan dan penelitian epidemiologi.
4. Mampu merancang, menyelenggarakan survailans masalah kesehatan untuk meramalkan pola masalah kesehatan.
5. Mampu merancang, memantau dan menilai pelaksanaan program kesehatan dengan pendekatan kuantitatif.
LAPANGAN PEKERJAAN
1. Departemen
a. Dinas Kesehatan : seksi P2M, Imunisasi, Penyidikan wabah
b. LITBANG
c. Jenis Tenaga Ker
d. Yang terkait dengan Upaya Pengobata
e. Yang terkait dengan upaya promotif, protektif, preventif, dan upaya paradigma sehat:
1. Epidemiolog
2. Entomolog
(Jabatan Fungsional dalam BKN tahun 2006 untuk tenaga kerja kesehatan bidang kesehatan masyarakat)
2. Non Departemen
a. Perusahaan: Industri Pestisida, Industri makanan/minuman
b. Individual: Surveyor, Konsultan di Bidang Kesehatan
3. Organisasi lain : LSM
1. Survei jentik dan PSN
2. Pemeriksaan kelenjar ludah untuk melihat adanya infeksi : Plasmodium, Filaria (parasit)
3. Menghitung umur nyamuk dengan bedah ovarium
3. GIZI Kesehatan Masyarakat
Bagian yang secara institusi menyiapkan sarjana kesehatan masyarakat yang unggul dalam konsep (teori), pemodelan,
dan perancangan yang berkaitan dengan disiplin ilmu gizi kesehatan masyarakat yang berkualitas dan mampu beradaptasi
dengan lingkungan kerja, tanggap terhadap permasalahan-permasalahan yang dihadapi dalam dunia nyata, serta mampu
bersaing di dunia kerja.
KOMPETENSI
1. Mampu mengidentifikasi masalah gizi makro dan mikro pada perorangan dan kelompok.
2. Mampu mengidentifikasi masalah ketersediaan dan keamanan pangan.
3. Mampu mengidentifikasi factor risiko masalah gizi dan masalah kesehatan yang berkaitan dengan gizi.
4. Mampu merencanakan, melaksanakan & mengevaluasi program pencegahan serta penanggulangan masalah gizi dan masalah kesehatan yang berkaitan dengan gizi.
5. Mampu melakuakn penelitian dan publikasi ilmiah.
LAPANGAN PEKERJAAN
1. Instansi Pemerintah :Dinkes, Depkes, Dep. Industri
2. Swasta : Pabrik Makanan
3. Manager Quality control pada perusahaan makanan dan restaurant,
4. supervisor HACCP pada berbagai perusahaan : restaurant, hotel, supermarket, supplier makanan dll, konsultan gizi, catering, dll.
4. ADMINISTRASI DAN KEBIJAKAAN KESEHATAN
Bagian AKK adalah salah satu elemen FKM yang mendukung pembelajaran dan pencapaian kompetensi kesehatan masyarakat
dalam bidang administrasi manajerial dan kebijakan kesehatan
KOMPETENSI
1. Mampu melakukan analisa situasi masalah kesehatan berdasarkan konsep H.L. Blum.
2. Mampu melakukan analisis aspek manajerial dari system layanan kesehatan.
3. Mampu melakukan skala prioritas masalah kesehatan.
4. Mampu membuat rencana, mengorganisasi, monitoring dan evaluasi program kesehatan.
5. Mampu melakukan advokasi kebijakan kesehatan.
6. Mampu menerapkan metode pengambilan keputusan manajerial.
7. Mampu melakukan analisis kebutuhan kebijakan.
8. Mampu menerapkan langkah-langkah perumusan kebijakan dalam rangka pengendalian faktor risiko terhadap kesehatan.
LAPANGAN PEKERJAAN
Sebagai pelaksana, pengelola, atau pengatur dalam administrasi/manajerial pelayanan dan program kesehatan,
di institusi kesehatan, Rumah Sakit, Asuransi dan pembiayaan kesehatan, LSM dan lain-lain baik di sektor pemerintah
maupun swasta.
Manager RS, Manager Rekam Medik, Manager Pemasaran RS, Manager Asuransi Kesehatan, Bank Insurance and consultant financial (asuransi pada Bank), manager perusahaan farmasi., Pemasaran Laboratorium dan alat kesehatan, puskesmas, dinas kesehatan dll.
5. BIOSTATISTIK DAN KEPENDUDUKAN
Bagian yang secara institusi menyiapkan peserta didik untuk menjadi seorang yang memahami mengenai data
dan cara pengelolaannya, sehingga bisa menunjang kegiatan perencanaan dan pengambilan keputusan
KOMPETENSI
1. Mampu melakukan pengelolaan data (pengumpulan, pengolahan, analisis, penyajian, dan interprestasi)
di bidang kesehatan, kependudukan dan kesehatan reproduksi dengan pendekatan statistik dan teknologi informasi.
2. Mampu melakukan manajemen basis data (Storing, up dating, retieving, distributing) untuk proses manajerial
di bidang kependudukan, kesehatan reproduksi dan kesehatan secara umum dengan memanfaatkan teknologi informasi.
3. Mampu menyajikan data dan informasi untuk mendukung proses pemecahan masalah dan pengambilan keputusan
di bidang kesehatan, kependudukan dan kesehatan reproduksi.
LAPANGAN PEKERJAAN
1. Konsultan manajemen riset
2. Konsultan statistic dan pengelolaan data kesehatan BPS, Bapedalda, BKKBN
3. Pengembangan software sistem informasi kesehatan
6. Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Bagian K3 menyelenggarakan proses pendidikan dalam bidang keselamatan dan kesehatan kerja. Pendidikan S1 Kesehatan
Masyarakat dengan minat K3 dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan ahli K3 di berbagai sektor pekerjaan.
KOMPETENSI
1. Mampu meakukan pengenalan faktor bahaya (occupational health hazards) di tempat kerja.
2. Mampu melakukan pengukuran terhadap faktor bahaya di tempat kerja.
3. Mampu menggunakan data hasil pengukuran potensi bahaya di tempat kerja dalam merencanakan
program penaggulangan (manajemen data).
4. Mampu menggunakan data kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja dalam menyusun program pencegahan
bidang keselamatan dan kesehatan kerja.
5. Mampu mengendalikan potensi bahaya di tempat kerja berdasar hierarki kontrol bahay (loss prevention
programme).
6. Terampil melakukan monitoring dan evaluasi program pencegahan, penaggulangan masalah kesehatan di
tempat kerja.
LAPANGAN PEKERJAAN
Instansi pemerintah maupun non pemerintah dari tingkat pusat sampai daerah (Depkes, Depnaker, Pertamina,
Askes, Jamsostek, Rumah Sakit, PDAMK, industri makanan atau minuman, industri tekstil, kertas, dsb)
7. Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku
Bagian PKIP menyiapkan mahasiswa lulusannya agar dapat berperan serta di masyarakat sebagai Agent of Change
berperan aktif memberdayakan masyarakat supaya mampu meningkatkan kontrol terhadap kesehatan dan memperbaiki
kesehatan mereka secara Self Empowerment (pemberdayaan diri sendiri).
KOMPETENSI
1. Mampu mengukur/mengidentifikasi faktor-faktor perilaku yang mempengaruhi kesehatan
2. Mampu melakukan analisis penyebab masalah perilaku
3. Mampu mengidentifikasi kebutuhan, memnuat desain dan menyajikan informasi yan berkaitan dengan kesehatan
kepada masyarakat
4. Mampu menyusun program perubahan perialaku masyarakat yang berkaitan dengan kesehatan
5. Mampu menilai/mengukur perubahan perialaku masyarakat yang berkaitan dengan kesehatan
6. Mampu melakukan identifikasi faktor-faktor perilaku yang merupakan faktor resiko terhadap kesehatan
7. Mampu menyusun, melaksanakan, monitoring, dan evaluasi program-program pengendalian faktor resiko
8. Mampu menjadi agen pembaharu dan penggerak masyarakat :
a. Mempunyai kemampuan sebagai leader
b. Mampu melakukan pemberdayaan masyarakat
c. Mampu menjalin jejaring kemitraan
LAPANGAN PEKERJAAN
1. Lembaga Swadaya Masyarakat PKBI, Pilar, Kalandara, Rumah Damai, Badan Narkoba Nasional, dan LSM lainnya, Komisi Penanggulangan Aid.
2. Rumah Sakit Pemerintah maupun Swasta
3. Media Elektronik : Stasiun Penyiaran Radio atau TV (Broadcast Station), Biro Periklanan, Biro Public Relations. Media Cetak : Surat Kabar
4. Institusi (Hotel, Mal, Bank, Pesantren, dsb)
5. Dalam unit di Departemen Kesehatan, Dinkes, Puskesmas dengan nama Biro/Bag/Unit Promosi Kesehatan.
6. Institusi Pendidikan (Perguruan Tinggi, Sekolah Tinggi Kesehatan, Poltekkes, Konselor Kesehatan di
TK,SD,SMP,SMU)
Selasa, 06 Oktober 2009
Departemen Kesehatan membuka formasi SKM
Lihat info lengkapnya di :
http://www.ropeg-depkes.or.id/
CPNS Departemen Pertahanan membutuhkan SKM 6 Orang
mohon lihat formasi di :
http://penpeg.dephan.go.id/cpns2009.html
Lowongan S1 Kesehatan Masyarakat or Industrial Hygiene.
Lowongan S1 Kesehatan Masyarakat (SKM)
P.T. Kojo is a Foreign Joint Venture company operating in Indonesia in the construction and property industries. Currently we are seeking a professional candidate for the following position:
HYGIENE OFFICER
Main Task : Ensure all hygiene rules applied in all area & acitivies
Requirements :
*
S1 Kesehatan Masyarakat or Industrial Hygiene.
*
Has more than 2 years working experience especially at Hotel & Restaurant.
*
Good English
*
Having experience on implementing ISO is an advantage.
*
Willing to be placed in East Kalimantan
Please submit your CV to :
PT. KOJO
Wisma Pondok Indah II, 17th Floor Suite 1701
Jl. Sultan Iskandar Muda Kav. V-TA, Jakarta 12310
Or
e-mail : recruitment@kojo.co.id